Gabungan Instruktur Outbound Indonesia, AELI, Adakan Bukber Plus Meeting di Kaki Gunung Slamet

Gabungan Instruktur Outbound Indonesia, AELI, Adakan Bukber Plus Meeting di Kaki Gunung Slamet

Para pelaku outbound yang tergabung dalam Aeli Plat R dan Plat G, berkumpul di The Mount Slamet Glamping & Cafe, Serang, Karangreja, Purbalingga pada Rabu (19/03) lalu.

Acara ini merupakan Agenda Tahunan AELI berkaitan dengan Puasa Ramadhan, yaitu Buka Bersama (Bukber) sekaligus Meeting & Sosialisasi SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) terbaru yang telah diresmikan oleh pemerintah pada tahun 2024 lalu.

Dalam kegiatan tersebut hadir, para pengurus dan anggota AELI Korwil Plat R yang berasal dari Kab. Banyumas, Purbalingga, Cilacap, dan Banjarnegara, juga AEL Korwil Plat G yang melingkupi Tegal, Brebes, Pemalang, dan Pekalongan.

Turut hadir dalam acara tersebut Napoleon Wauran (34) seorang praktisi dan juga pelaku outbound profesional asal Salatiga, sebagai narasumber.

Napoleon Wauran

AELI, Asosiasi Experential Learning Indonesia. Organisasi Nasional Para Pelaku Outbound Profesional.

AELI yang namanya masih cukup awam di telinga masyarakat umum ini adalah organisasi nasional resmi yang mewadahi para pelaku outbound profesional seluruh Indonesia. Menurut Napoleon, organisasinya itu sudah berdiri sejak tahun 2007 dan terus berkembang hingga saat ini.

AELI mengurus berbagai kepentingan para pelaku outbound di seluruh Indonesia baik regulasi, standarisasi, hingga ke urusan peningkatan kompetensi anggotanya. Saat ini, Nurfahmi "Bang Jaung" adalah sebagai Ketua Umum terpilih AELI (Asosiasi Experiential Learning Indonesia) periode 2022-2025.

Ketika ditanya tentang bagaimana Perjalanan AELI, Napoleon mengungkapkan bahwa awalnya AELI terbentuk di Jawa Tengah pada tahun 2011 atau sekitar 11 tahun silam. Seiring terbentuknya AELI di Jateng inilah yang kemudian melahirkan AELI di berbagai daerah, seperti yang saat ini tengah melaksanakan kegiatan di The Mount Slamet yaitu Aeli Korwil Plat R, dan AELI Korwil Plat G.

Outbound Bukan Hanya Fun Game, Ada Edukasi, Developmental bahkan Therapetic dengan Fungsi Terapi

Ditemani oleh Guntur, Salah satu pengurus AELI Plat R, Napoleon bercerita kepada The Mount Slamet tentang dunia Outbound. Menurutnya banyak orang yang memahami aktifitas outbound ini sebagai sekedar Fun Games. Padahal kenyataannya kegiatan luar ruang yang populer dengan banyak permainan seru itu hanyalah sebagian kecil dari varian kegiatan outbound.

“Outbound itu berdasarkan fungsinya terbagi jadi 4 (empat) jenis, yang pertama fungsi wisata atau rekreasional, yang kedua Educational atau pendidikan, yang ketiga developmental, yang keempat adalah Therapetic atau fungsi terapi”, ungkap Napoleon.

“Selama ini kebanyakan orang lebih mengenal outbound dengan Fun Game, sementara Educational, developmental dan Therapetic masih belum cukup banyak yang melakukannya”, Kata Napoleon lagi.

“Kalau yang sudah melakukan itu (Therapetic), itu salah satunya ada di sini.. Griya Petualang, itu kan dia bikin yang buat anak kebutuhan khusus, sekolah alam, dsb. Ada terapinya. Nah.. itu kan nggak banyak yang jualan itu ya? Kalau Development biasanya ke instasi untuk Character Building, Team Building, sementara kalau Educational biasanya untuk sekolah atau lembaga pendidikan”, tambah pria yang telah memiliki empat anak itu.

AELI Sarana Berbagi dan Belajar Lebih Dalam Tentang Outbound

Guntur, salah satu perwaklian dari AELI Plat R yang sejak awal wawancara mendampingi Napoleon menambahkan bahwa AELI menjadi sarana para pelaku outbound untuk saling berbagi dan belajar lebih dalam tentang Dunia Outbound.

“Banyak orang bisa melakukan outbound, tapi tidak semua orang bisa memaknai permainan yang dia bawakan”. Kata Guntur

“Seringkali hanya sekedar, ya sudah..  yang penting membawa klien, senang,.. ketawa-ketawa,.. it’s Ok. Tapi sebenarnya kan ada makna disitu.. itu yang bisa kita gali sebetulnya”, katanya lagi.

Guntur

“Ketika kita dapat klien maunya apa, entah educational atau Development, permainannya seperti apa, nanti ‘brief’ nya kita bisa menjelaskan kepada team untuk apa kita melakukan ini, tujuannya mau seperti apa.. , itulah yang saya rasakan jadi anggota AELI. Saya bisa membawa klien tidak hanya dapat senengnya.., tapi juga dapat maknanya dari kegiatan tersebut”, ungkap pria yang juga menjabat sebagai bendahara AELI Plat R ini.  

Dunia Outbound Tetap Menjanjikan

Ketika ditanya tentang bagaimana prospek bisnis di penyelenggaraan outbound keduanya menjawab senada. Menurut Napoleon sektor bisnis di bidang ini tetap meningkat stabil meski tidak setinggi pada awalnya dulu. Bahkan masih banyak ceruk terbuka seperti Outbound Development yang banyak dibutuhkan instansi sebagai solusi meningkatkan kinerja perusahaan dari sisi Sumber Daya Manusia.

“Untuk outbound wisata, jaman sekarang kalau ngomong grafik itu udah mulai flat, ya nggak terlalu naik ya.., tapi pasarnya ada terus. Memang udah bukan kaya dulu ya.. dulu masih eforia jadi naik banget.  Sedangkan yang Development itu tuh malah jarang.. Itu pasar yang terbuka sebenarnya. Hanya saja rata-rata jualan kita itu masih di rekreasional, belum ke developmental”, kata pemilik ‘Sapitu Experience’ dan ‘Sapitu Adventure’ ini.

Sedangkan Guntur mengaku menyatakan optimis untuk dan tetap mengandalkan outbound sebagai profesi utamanya.

“Pertumbuhan di outbound saya bilang stabil lah.. tidak terlalu pesat tapi masih bisa diandalkan untuk hidup lah..., kata pemilik ‘Kanca Dolan Outbound’ yang sering melayani klien instansi di berbagai kota di Indonesia ini.

The Mount Slamet Punya Magnet Kuat Untuk Menarik Wisatawan

AELI melalui Napoleon dan Guntur mengatakan bahwa The Mount Slamet memiliki magnet yang kuat melalui view dan lokasinya.

“Potensinya Besar, sudah ada magnet tersendiri. Sudah punya view Gunung Slamet, selain itu ada dekat dengan D’Las yang cukup populer. Itu akan jadi kolaborasi yang menciptakan daya tarik bagi wisatawan”. Kata Guntur yang juga turut diamini oleh Napoleon.

Mengenal Outbound Therapetic di Lereng Slamet

Outbund Therapetic dikembangkan oleh salah satu anggota asal Kutasari, Purbalingga, yaitu Muhammad Kholik (47) pemilik Griya Petulang Indonesia dengan metode ‘Naturalistic Teaching’ dan ‘Forest Bathing’.

Naturalistic Teaching adalah terapi interfensi khusus bagi saudara-saudara kita yang autis, sementara Forest Bathing adalah metode terapi ‘Stress Release’ dengan media suasana hutan untuk kesehatan psikologis.

Muhammad Kholik

Menurut pria yang akrab dipanggil Ayah Kholik itu, ia belum lama mengembangkan Forest Bathing untuk melayani kalangan umum. Ia mendapatkan klien secara online dan menggunakan lokasi Hutan Damar di Lereng Gunung Slamet sebagai spot untuk kegiatan outbound Therapeticnya.

 “Sekarang kami sedang mengembangkan forest bathing (Mandi Hutan), dimana orang datang kesitu adalah untuk, download energy.

Di atas tempat kami kan ada hutan Damar tuh.., Nah peserta dari Griya Petualang kami bawa pakai shuttle ke lokasi. Nanti di lokasi ada kegiatan Afirmasi semacam hypnoteraphy, hingga melakukan yoga di lokasi tersebut. Aktifitas tersebut dilakukan dalam durasi sekitar 3 jam”. Ungkap Ayah Kholik.

Klien dari forest bathing ini menurut penuturan Kholik, adalah masyarakat umum, biasanya para klien memesannya melalui jejaring online melalui media sosialnya, ataupun melalui referensi dari para klien yang puas dengan program Therapeticnya.

The Mount Slamet Pintu Gerbang Berbagai Aktifitas Lereng Slamet

The Mount Slamet Terletak tepat di lereng Gunung Slamet sebelah Timur. Sebagai penginapan dan Restaurant dengan view langsung menghadap ke Gunung, The Mount bisa jadi sarana pintu masuk ke berbagai aktifitas petualangan di Lereng Slamet.

The Mount Slamet beralamat di Ds Wisata Serang, Jl. Raya Serang – Kutabawa, Kec. Karangreja, Kab. Purbalingga, sekitar 7 km dari atap Jawa Tengah, di ketinggian 1200 Mdpl. Menginap dan menjelajah kaki Gunung Slamet adalah kesempatan menemukan hal-hal baru yang mungkin belum pernah Anda temui sebelumnya. (DMR/TMS)